MISTERI ZONA KEMATIAN DI LAUT,PUSARAN RAKSASA BERDIAMETER 160KM –Banyak ikan di laut? Pasti. Namun jangan harap menemukan ikan pada “zona kematian” di Samudera Atlantik yang ditemukan oleh para ilmuwan sekitar delapan tahun silam berikut ini. Di wilayah itu, dipastikan akan susah bagi ikan untuk bertahan hidup.
MISTERI ZONA KEMATIAN
Menurut Popular Science, dalam makalah yang diterbitkan pada Biogeosciences, para peneliti menggambarkan zona kematian itu berbentuk pusaran dengan panjang sekitar 100 mile –lebih dari 160 kilometer.Pusaran tersebut bisa berputar selama berbulan-bulan, bergerak dari satu titik ke titik lain. Kengerian pusaran misterius itu sudah dianalisa peneliti.
Nama zona kematian tersebut diberikan untuk fenomena ini karena kandungan oksigen pada air yang berputar itu sangat rendah. Sehingga sangat tidak mungkin bagi binatang untuk hidup. Binatang yang terperangkap di zona mati ini hanya punya dua pilihan: segera pergi atau diam saja menunggu ajal.Biasanya, zona kematian terbentuk di perairan yang agak dangkal. Misalnya danau atau sepanjang garis pantai, pada musim tertentu.Salah satu zona kematian terbesar di dunia berada di Teluk Meksiko, yang terbentuk pada musim panas. Saat musim panas itu, wilayah itu terdapat banyak makanan yang berasal dari Delta Sungai Mississippi.
Melimpahnya nutrisi itu menjadi tempat ideal bagi perkembangan alga. Alga akan berkembang dalam jumlah yang sangat banyak. Alga itu kemudian juga menjadi santapan mikroorganisme, yang menyebabkan air berubah menjadi semacam limbah.Nah, “air limbah” itu kemudian menjadi makanan bagi mikroba. Sehingga oksigen di perairan itu berkurang karena dipakai oleh mikroba saat proses makan itu.Itu penjelasan zona kematian di Teluk Meksiko, yang notabene berada dekat dengan pantai.Sehingga siklus seperti yang sudah diuraikan itu bisa mengurangi oksigen di dalam air dan membentuk zona mati.
Zona Kematian di Samudera Atlantik
Lantas bagaimana penjelasan zona kematian yang baru ditemukan para ilmuwan di tengah Samudera Atlantik itu? Sebab, perairan di sana kecil kemungkinan tercampur nutrisi seperti yang terjadi di Teluk Meksiko. Sehingga siklus yang membentuk zona mati itu sangat kecil terjadi.Zona kematian yang ditemukan di tengah Samudera Atlantik itu berputar dengan cepat. Proses ini membuat oksigen sulit masuk ke dalam pusaran air.
Putaran yang cepat pada pusaran sangat menyulitkan pertukaran oksigen. Oksigen tidak bisa menembus batas antara putaran arus air dan juga dengan air laut di sekitarnya.”Selain itu, putaran air membentuk lapisan sangat dangkal –beberapa puluh meter– di atas air putaran air yang mendukung tumbuhnya tanaman secara intens,” kata Johannes Karstensen, peneliti yang menulis laporan itu.
Nah, tanaman yang tumbuh di atas pusaran itu fungsinya sama dengan alga. Seperti yang terjadi di Teluk Meksiko tadi, akhirnya tingkat oksigen di tengah pusaran air itu menjadi lebih rendah.Para peneliti bahkan menemukan zona mati yang tak ada oksigen sama sekali. Konsentrasi oksigen maksimum yang mereka temukan adalah 0,3 milimeter perliter air laut.
Padahal, sebelum penelitian ini dipublikasikan, konsentrasi oksigen di Atlantik Utara sekitar 1 milimeter perliter air laut.Dalam makalah itu, Karstensen khawatir zona mati yang terus bergerak di Atlantik Utara itu akan mengarah dan membahayakan warga di Cape Verde.Sebab, beberapa zona kematian yang diteliti itu ada yang berjarak kurang dari 100 kilometer dari Cape Verde.
“Ini bisa menyebabkan pantai dipenuhi air dengan oksigen yang sangat rendah, yang mungkin membahayakan ekosistim dan bahkan menyebabkan kematian ikan dan membunuh kehidupan laut lainnya,\” tambah Karstensen.
Leave a Reply